Kamis, 28 Juni 2012

Keluarga

2 hari yang lalu saya sangat sedih, bercampur bimbang juga kecewa. sedih karena saya dipermainkan olehnya, kecewa pada diri karena telah menyakitinya dan bimbang atas keputusan yang saya ambil. apakah saya salah mengatakan seperti itu sama dia??? mungkin saya memang terlalu emosian waktu itu, tapi gimana ge. perasaan ini telah lama tersimpan di hati. tapi apa?? saya malah menangis, tidak tahan lagi mau ngomong apa. saya ingin dia mengerti dan memahaminya arti sebuah persaudaraan dan tanggung jawab. tolng lah dia ya Allah, sadarkan dia. karena dia adalah saudaraku. saudara itu ibarat "api yang tidak bisa dipisahkan dari bara". jangan sampai karena hal kecil kita jadi tercerai berai.
1 hal yang tidak saya mengerti di dunia ini, mengap orang-orang sibuk mengumpulkan sampah yang tak berguna?? mengapa?? hal itulah jugalah yang dia lakukanya yang membuat saya sedih dan kecewa. sampai dia tega mengorbankan saudaranya sendiri. sungguh tragis. smoga dia mendapat hidayah....

Selasa, 26 Juni 2012

Kerusakan Agroekosistem


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun belakangan ini masalah kerusakan Agroekosistem  sudah menjadi isu Nasional dan Internasional. Salah satu yang mendasari hal ini adalah terjadinya pemanasan global akibat efek rumah kaca yang sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian merupakan salah satu penyumbang terjadinya pemanasan global. Perubahan lahan hutan menjadi Agroekosistem lahan kering bagi keperluan pertanian menetap dan sementara demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah terjadi sejak lama.
Kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta pertambahan penduduk menuntut perlunya penyediaan sumber daya untuk memenuhi konsumsi pangan dan areal pemukiman. Untuk merealisasikannya perlu tindakan yang bijaksana agar tidak menimbulkan dampak perubahan terhadap lingkungan.
Agroekosistem terbentuk sebagai hasil interaksi antara sistem sosial dengan sistem alam, dalam bentuk aktivitas manusia yang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (livelihood). 
Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik dalam lingkungan. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan  pusat-pusat  industri, kualitas udara telah  mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang  menyebabkan  perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau  zat asing di dalam udara dalam  jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Selain pencemaran udara ada juga pencemaran,tanah dan air yang terjadi ini merupakan kerusakan agroekosistem pada lingkunggan.
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
Pencemaran Air di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambahjumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran DDT.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Factor-faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkunggan?
2.      Bagaimana cara menanggulanginya atau pengendalian yang harus dilakukan agar kerusakan tidak semakin bertambah?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran dampak dari kerusakan  agroekosistem yaitu pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya serta cara penanggulangannya.

 BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Waktu dan Tempat
1.   Kota Pekanbaru
2.   Daerah  
3.   Lingkunggan Universitas Riau
2.2.   Cara kerja
Melihat kondisi kerusakan agroekosistem pada setiap tempat, kerusakan apa yang terjadi dan kemudian membuat suatu laporan bagaimana hal itu terjadi, bagaimana cara mengatasi, memperbaiki agar hal tersebut tidak menimbulkan dampak yang negative.
2.3.   Kerusakan Agroekosistem yang Diamati
2.3.1. Daerah Kota Pekanbaru
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang kerusakan agroekosistem pada udara. Bagaimana seharusnya kita beprilaku terhadap udara, bagaimana seharusnya udara itu agar tidak tercemar. Udara adalah sumber daya yang berharga bagi kehidupan . Udara terdiri dari campuran gas antara lain 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% gas-gas lain seperti xenon, karbon dioksida, argon, neon, hidrogen, helium, dan kripton . Oksigen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan. Pencemaran udara adalah kehadiran  satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam  jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. 
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan  terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan  pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
1.      Faktor Penyebab Pencemaran Udara 
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber  pencemaran  udara. Karbon  monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer diatmosfer.
Pembentukan ozon  dalam  Smog  fotokimia  adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg memengaruhi;
A.      Kegiatan manusia
  Transportasi
  Industri
  Pembangkit listrik
  Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan is bahan    bakar
  Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
B.      Sumber alami
  Gunung berapi
  Rawa-rawa
  Kebakaran hutan
  Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
C.      Sumber-sumber lain
  Transportasi amonia
  Kebocoran tangki klor
  Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah
  Uap pelarut organik
D. Jenis – jenis Pencemar
  CFC
  Hidrokarbon
  Ozon
  Partikulat
 2.  Dampak yang terjadi akibat pencemaran udara
1.      Dampak bagi kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. Memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
 2.      Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lainklorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3.      Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
  Mempengaruhi kualitas air permukaan
  Merusak tanaman
  Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
  Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
4.      Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomenapemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
  Pencairan es di kutub
  Perubahan iklim regional dan global
  Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5.      Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
3.   Solusi
Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohon­pohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. Misalnya:
1. Pencegahan
a. Sumber Bergerak
- Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
- Memasang filter pada knalpot.
b. Sumber Tidak Bergerak
- Memasang scruber pada cerobong asap.
- Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
- Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
c.  Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
- Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
- Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa.
2. Penanggulangan
- Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
- Bila terjadi korban keracunan maka lakukan.
- Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
- Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
- Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara.
- Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell.
- Menghemat Energi yang digunakan.
- Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
2.3.2. Kerusakan Daerah Lahan Pertanian
Perubahan pola pertanian yang konvensional ke pertanian intensif telah membawa berbagai konsekuensi baik terhadap lingkungan pertanian maupun lingkungan sekitarnya. Konsekuensi nyata perkembangan sistem pertanian intensif antara lain, percepatan erosi, efek residu pupuk dan pestisida. Terjadinya gangguan dalam lingkungan disebabkan adanya manusia yang serakah, kurangnya kepedulian pada ekologi dan akibat penggunaan teknologi pertanian yang tidak mengacu pada pembangunan berwawasan lingkungan (Ambo Ala, 1997). Selain itu, tidak terakomodirnya penggunaan/pemberian pupuk sehingga tidak mampu mencegah terjadinya kerusakan lingkungan (Nuhfil, dkk., 2003). Selanjutnya Reintjes, dkk. (1999), mengatakan bahwa apabila pemupukan yang digunakan pada suatu daerah rendah, maka produksinya akan tertinggal jauh dibanding dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Fenomena ini banyak terjadi pada petani yang mengelola lahan-lahan marginal. Pengelolaan agrokosistem lahan kering dipandang sebagai bagian dari pengelolaan ekosistem sumberdaya alam oleh masyarakat petani yang menempati areal dimana mereka menetap. Masyarakat petani menanami lahan pertanian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dapat dikatakan sebagai bagian dari pengelolaan agroekosistem lahan kering di daerahnya. Menurut Soerianegara (1977) pengelolaan agroekosistem lahan kering merupakan bagian dari interaksi atau kerja sama masyarakat dengan agroekosistem sumberdaya alam. Pengelolaan agroekosistem lahan kering merupakan usaha atau upaya masyarakan pedesaan dalam mengubah atau memodifikasi ekosistem sumberdaya alam agar bisa diperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya. 
1.      DAMPAK LINGKUNGAN
Pada lahan miring dengan kemiringan diatas 15% apabila tanah tidak dikelola dengan baik saat ditanami, maka sangat rentan terhadap terjadinya erosi di waktu hujan. Hal ini terjadi karena tanah tidak mampu meresapkan air hujan kedalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan (run off) yang menghanyutkan butiran-butiran tanah sehingga tanah menjadi tidak subur lagi. Menurut Sutono dkk (2007), akibat erosi yang terjadi selama musim hujan tidak hanya menghanyutkan butiran-butiran tanah akan tetapi juga menghanyutkan pupuk dan kompos yang diberikan ketanah juga ikut hanyut sehingga tanah menjadi kurus, oleh sebab itu erosi harus dicegah sedini mungkin. Dampak dari terjadinya erosi ini adalah di daerah bagian bawah terjadinya pendangkalan pada daerah aliran sungai (DAS) yang berakibat terjadinya gangguan keseimbangan ekosistim air setempat.
Erosi adalah sebagai akibat dari penggarapan lahan yang tidak tepat maka untuk penggunaan lahan harus menerapkan teknik konservasi (Shaxson, 1988). Erosi menyebabkan berkurangnya lapisan perakaran efektif, ketersediaan air untuk tanaman, cadangan hara, bahan orgnik dan rusaknya struktur tanah (Lal, 1988). Masalah utama yang dihadapi pada lahan kering beriklim basah bergelombang antara lain mudah tererosi, bereaksi masam, miskin akan hara makro esensial dan tingkat keracunan aluminium yang tinggi (Cook, 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa daerah tropis merupakan medan dimana bertemunya dua kepentingan, yang pertama kegiatan untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan sedang yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah usaha pelestarian lingkungan. Mengingat lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbarui, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak ada pilihan lain selain mengembalikan kesuburan lahan yang sudah tererosi.
2.   CARA PENGENDALIAN
Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan pengelolaan agroekosistem lahan kering dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki dan memperbaharui sumberdaya alam yang bisa dipulihkan (renewable resources) di daerahnya. Dalam pemanfaatan sumberdaya lahan kering untuk pertanian berkelanjutan memerlukan pendekatan lingkungan dan mengikuti kaidah pelestarian lingkungan. Ada beberapa metode dalam pengendalian dampak negatif dari eksploitasi penggunaan lahan kering.
1. Konservasi Salah satu upaya penanganan kerusakan lahan akibat ekplorasi adalah dengan menerapkan sistem budidaya lorong dalam pengembangan sistem usahatani lahan kering, karena sistem ini memberikan banyak keuntungan diantaranya dapat menekan terjadinya erosi, meningkatkan produktivitas tanah karena adanya penambahan bahan organik melalui hasil pangkasan tanaman pagar, dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat menciptakan kondisi iklim mikro (suhu) di antara lorong tanaman (Sudharto et al., 1996).
Pemberian bahan hijauan sebagai mulsa yang berasal dari pangkasan tanaman legume yang dipangkas pada umur 1,5 – 2 bulan sekali dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah dan ketersediaan air, memperbaiki sifat fisik tanah, dan meningkatkan produksi. Sistem bertanam lorong dapat mencegah erosi secara ganda yaitu dengan mulsa hasil pangkasan dan pengurangan laju aliran permukaan (Adiningsih dan Sudjadi, 1989). Hasil pengkajian Basri dkk. (2001) dengan penerapan sistim budidaya lorong di Kabupaten Rejang lebong menunjukkan bahwa dengan adanya barisan tanaman penyangga erosi rumput raja (King grass) yang ditanam sejajar dengan garis kontur secara efektif dapat mengurangi laju erosi. Selanjutnya dari hasil pangkasan king grass yang dilaksanakan setiap bulan dapat menghasilkan 0,5 ton bahan hijauan yang dapat diberikan untuk sapi selama 20 hari. Dari luasan plot seluas 1 ha akan dihasilkan 1 ton bahan hijauan yang dapat digunakan untuk pakan sapi. Pada pengkajian tahun berikutnya (tahun kedua) teras sudah mulai terbentuk sebagai akibat penanaman teras vegetatif dengan tanaman rumput raja. Dengan terbentuknya teras maka pada lahan miring ini sudah terbentuk lahan usahatani yang representatif untuk berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan yang sesuai dengan kondisi setempat dan menekan terjadinya erosi diwaktu hujan. Dengan terbentuknya teras secara bertahap sampai menjadi permanen, di samping menjaga kelestarian lahan juga menyebabkan produktifitas lahan akan lebih baik.
2. Pengaturan pola tanam Lahan kering yang murni hanya mengandalkan ketersediaan air dari curah hujan dalam proses produksi pertanian, dimana pengaturan sistim pertanaman diatur dalam bentuk tumpang sari menggunakan tanaman dengan umur panen yang berbeda dan dalam pertumbuhannya tidak banyak memerlukan air dan merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah keterbatasan air. Lahan kering pada umumnya rawan terhadap erosi baik oleh air maupun oleh angin. Salah satu alternatif teknologi untuk mengatasi erosi yaitu menggunakan sistim pertanaman lorong. Fungsi lainnya dari pertanaman lorong adalah untuk menciptakan iklim mikro di lahan kering iklim kering dan tanaman yang digunakan disesuaikan dengan tanaman yang biasa ditanam petani dan tentunya memiliki pangsa pasar. Hasil penelitian Wisnu dkk (2005) menyatakan dengan mengkombinasikan beberapa tanaman pangan ubi kayu, jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau yang disusun dalam suatu pertanaman tumpang sari dapat memberikan keuntungan dan dapat memberikan kestabilan cukup baik dalam menghadapi keterbatasan curah hujan. 
3. Embung Embung atau tandon air adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan diwaktu musim hujan dan menggunakannya jika diperlukan tanaman pada waktu musim kemarau. Teknik penggunaannya demikian sesuai bagi ekosistem lahan tadah hujan yang memiliki intensitas dan distribusi curah hujan yang tidak pasti (Syamsiah dan Fagi, 2004). Pembuatan embung dan penerapannya di lahan kering bagi petani sudah banyak dilakukan khususnya di Indonesia bagiagian timur yang memiliki iklim kering dengan keterbatasan air. Di Lombok Timur sebagai daerah yang beriklim kering penggunaan embung sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar petani. Jumlah embung milik rakyat saat ini adalah 1.458 buah dengan luas keseluruhan 755,58 ha berupa genangan dan 3.083 ha berupa irigasi, rata-rata luas pemilikan embung setiap petani di Lombok Timur adalah 0,51 ha. Hasil penelitian Wisnu dkk. ( 2005) di beberapa Desa di Lombok Timur dengan komoditi tembakau pada musim kering memperlihatkan bahwa dengan penerapan/pemanfaatan embung sebagai sumber air yang dicampur dengan dengan pupuk (ngecor) maka penggunaan air menjadi lebih efisien dan biaya tenaga kerja dapat ditekan karena penyiraman dan pemupukan dilakukan secara bersamaan. 
4. Pemakaian pupuk organik Pengolahan lahan untuk pertanian secara terus menerus akan menyebabkan lahan menjadi kurus sehingga untuk usahatani selanjutnya perlu input yang banyak untuk mengembalikan hara tanah yang sudah banyak diserap tanaman. Pemakaian pupuk anorganik yang tidak seimbang secara terus menerus untuk proses produksi dapat merusak lahan dan dalam jangka panjang lahan menjadi tidak efektif lagi untuk usaha pertanian. Salah satu alternatif untuk menyelamatkan keberlanjutan penggunaan lahan adalah dengan mengurangi input yang berasal dari bahan kimia dan beralih kepada pemakaian pupuk organik yang berasal dari bahan organik sisa tanaman atau limbah.
Secara umum saat ini permasalahan yang dihadapi petani di Indonesia adalah kesulitan mendapatkan pupuk anorganik yang kebutuhannya cendrung meningkat. Kesulitan ini sebagian akibat ketersediaan yang tidak mencukupi maupun sistem pendistribusian yang kurang tepat dan faktor faktor lainnya. Sebagai gambaran Produksi nasional tahun 2008 sekitar 6 juta ton sedangkan kebutuhan mencapai 9 juta ton. Kendala ini berimbas kapada penurunan produktifitas lahan dan produksi berbagai komoditas pertanian secara nasional.  Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pupuk dan mengurangi ketergantungan akan pupuk anorganik adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia secara lokal. Pemanfaatan limbah pertanian yang selama ini belum menjadi perhatian sebagai bahan dasar pupuk organik diharapkan dapat memperkecil ketergantungan terhadap pupuk an organik. Pada pihak pemanfaatan limbah pertanian dapat menciptakan efisiensi penggunaan lahan yang ketersediaannya semakin terbatas serta dapat menjaga kelestarian lingkungan. 
Limbah pertanian adalah bagian atau sisa produksi pertanian yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Limbah ini apabila telah mengalami proses dekomposisi banyak mengandung unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman mati, maka selanjutnya terjadi proses dekomposisi akibat aktifitas mikroorganisme dengan hasil akhir berupa humus (Sutanto, 2002). Kandungan hara setiap sisa tanaman berbeda-beda. Penelitian dengan pemakaian pupuk organik yang berasal dari ampas biji mimba sudah pernah dilakukan di Desa Tebat Monok Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang. Penelitian dilakukan terhadap tanaman jahe dengan beberapa perlakuan pupuk an organik. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa dengan pemakaian pupuk organik (kompos) yang berasal dari ampas biji mimba memperlihatkan pertumbuhan lebih baik dan produksi tanaman lebih tinggi dari pemakaian pupuk dan organik. Dengan demikian terdapat beberapa keuntungan dengan pemakaian pupuk organik yaitu efisiensi terhadap biaya karena harga pembuatan pupuk ini lebih murah, produksi lebih tinggi dan menjaga kesuburan dan kelestarian lahan.
2.3.3. Kerusakan Agroekosistem Lingkunggan Universitas Riau
Banyak sekali kerusakan ekosistem di kawasan Universitas Riau terdapat di Danau Arboretum, jalan, dan penanaman pohon yang kurang terawat kelestariannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tumbuh gulma di sekitar danau, kerusakan jalan pada atau disamping fakultas riau dan pepohonan yang tidak begitu teratur pertumbuhannya. Selain itu ekosistem danau rusak dikarenakan banyaknya aktifitas seperti memancing ikan disekitar danau.
A. Solusi
1.      Menanam pepohonan sesuai aturan dengan cara merawat tanaman penghijau. Yang Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke atmosfer.
2.      Menbersihkan daerah danau Arboretum, dengan membuang sampah yang berserakan yang menyebabkan kelembaban pada daerah yang tertutup sampah biasanya tumbuh lumut.
2.3.4.      Rantai Makanan Pada agroekosistem
yang saling ketergantungan antar komponen makhluk atau saling kebergantungan juga terjadi antara komponen biotik dan abiotiknya.
1. Saling Kebergantungan Antarkomponen Biotik
a. Rantai makanan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEist3uvox5VkiG837nmP2yW8CTtXAV2ah9cQ-gYIffF-Y5osNz5VhgT0JuV768kxT-3nGEUc6oF_Rfn25gzGpRpYCqHJGNEFiAVnuegNzTc6bUMse07LFeaOZyystrjlLxBtWdTRwBR0_wO/s320/gambar+4.jpgPerpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut rantai makanan.



Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
b.Jaring-jaring makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai makanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-jaring makanan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX-qhfTfNjqbAjVpcxeT3QwQMcdppxu4lKnwWw-GTjdRsQ3OFDeJwurtrp5oPSRBgc9I-Hp8oRgvgxKdUVemHm4hSzFrCnV7fMPi3Ycs5yHWAwfvqWXKAuqph_rU2V90MNQJultoidbtLJ/s320/gambar+5.jpg

2.Saling Kebergantungan Antara Komponen Biotik dan Abiotik
Saling kebergantungan di antara komponen yang ada dalam ekosistem, baik antara komponen biotik dan abiotik contohnya dapat dilihat pada siklus karbon. Siklus karbon tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada tumbuhan, hewan, pengurai, air dan tanah.
PelestarianEkosistem
Keanekaragaman makhluk hidup perlu dijaga supaya ekosistem menjadi stabil. Semakin beranekaragam makhluk hidup dalam suatu ekosistem, semakin stabil ekosistem tersebut. Flora dan fauna alami yang terdapat di hutan perlu dilestarikan karena merupakan sumber plasma nutfah (plasma benih). Sumber plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari bibit unggul bagi kepentingan kesejahteraan manusia. Upaya perlindungan keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, hutan wisata, taman laut, hutan lindug dan kebun raya. Untuk mencegah kepunahan makhluk hidup, kadang diperlukan pemeliharaan untuk mengembangbiakannya, yang disebut dengan penangkaran. Pemeliharaan dapat dilakukan secara in situ dan ex situ. Pemeliharaan in situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di habitat aslinya. Pemeliharaan ex situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di luar habitat aslinya, misalnya di kebun binatang.


BAB III
PENUTUP
3.1.            Kesimpulan
Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik dalam lingkungan. Kerusakan agroekosistem yang terjadi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya banyak sekali yang sangat dirugikan seperti: manusia, hewan dan juga tumbuhan.
Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik dalam lingkungan. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan  pusat-pusat  industri, kualitas udara telah  mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan
Jika hal tersebut terus dibiarkan maka banyak dampak yang ditimbulkan setiap kerusakan. Akan tetapi kerusakan tersebut masih dapat dicegah, dengan menjaga kelestarian agroekosistem tersebut.
3.2.            Saran
Demi menjaga kelestarian ekosistem dan menghindari terjadinya  kerusakan lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan kita sebagai generasi selanjutnya. harus terlebih dahulu mempunyai kesadaran mengenai arti penting menjaga ekosistem tersebut. Setelah itu, kita dapat melakukan tindakan-tindakan preventif yang dapat mempertahankan kelestarian dan keseimbangan ekosistem tentunya. Agar kerusakan agroekosistem di Negara Indonesia tidak berlanjut, terutama provinsi riau seperti kota pecanbaru dan bahkan agroekosistem yang masih tidak terlalu begitu luas seperti lingkungan Universitas Riau


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara.
http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya.
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara.
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-udara.
Diposkan oleh Dalfiansyah Uny