2 hari yang lalu saya sangat sedih, bercampur bimbang juga kecewa. sedih karena saya dipermainkan olehnya, kecewa pada diri karena telah menyakitinya dan bimbang atas keputusan yang saya ambil. apakah saya salah mengatakan seperti itu sama dia??? mungkin saya memang terlalu emosian waktu itu, tapi gimana ge. perasaan ini telah lama tersimpan di hati. tapi apa?? saya malah menangis, tidak tahan lagi mau ngomong apa. saya ingin dia mengerti dan memahaminya arti sebuah persaudaraan dan tanggung jawab. tolng lah dia ya Allah, sadarkan dia. karena dia adalah saudaraku. saudara itu ibarat "api yang tidak bisa dipisahkan dari bara". jangan sampai karena hal kecil kita jadi tercerai berai.
1 hal yang tidak saya mengerti di dunia ini, mengap orang-orang sibuk mengumpulkan sampah yang tak berguna?? mengapa?? hal itulah jugalah yang dia lakukanya yang membuat saya sedih dan kecewa. sampai dia tega mengorbankan saudaranya sendiri. sungguh tragis. smoga dia mendapat hidayah....
Kamis, 28 Juni 2012
Selasa, 26 Juni 2012
Kerusakan Agroekosistem
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun belakangan ini
masalah kerusakan Agroekosistem sudah
menjadi isu Nasional dan Internasional. Salah satu yang mendasari hal ini
adalah terjadinya pemanasan global akibat efek rumah kaca yang sudah terjadi
dalam waktu yang cukup lama. Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian
merupakan salah satu penyumbang terjadinya pemanasan global. Perubahan lahan
hutan menjadi Agroekosistem lahan kering bagi keperluan pertanian menetap dan
sementara demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah terjadi sejak lama.
Kemajuan ilmu pengetahuan, dan
teknologi serta pertambahan penduduk menuntut perlunya penyediaan sumber daya
untuk memenuhi konsumsi pangan dan areal pemukiman. Untuk merealisasikannya
perlu tindakan yang bijaksana agar tidak menimbulkan dampak perubahan terhadap
lingkungan.
Agroekosistem terbentuk sebagai
hasil interaksi antara sistem sosial dengan sistem alam, dalam bentuk aktivitas
manusia yang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(livelihood).
Agroekosistem
adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic
dan abiotik dalam lingkungan. Udara merupakan faktor
yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota
dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila
tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan
manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat
asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara
dikatakan telah tercemar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau
dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh
kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Selain pencemaran
udara ada juga pencemaran,tanah dan air yang terjadi ini merupakan kerusakan
agroekosistem pada lingkunggan.
Tanah
merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya
termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air
yang mengalir sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya
kualitas tanah juaga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
Pencemaran Air di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan
penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air
juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak
lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak
sengaja telah menambahjumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air.
Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap
organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan
pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan
air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa
jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan
menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai
dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat
berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi
berkurang.
Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran DDT.
Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran DDT.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Factor-faktor penyebab terjadinya
kerusakan lingkunggan?
2. Bagaimana cara menanggulanginya atau
pengendalian yang harus dilakukan agar kerusakan tidak semakin bertambah?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui gambaran dampak dari kerusakan agroekosistem yaitu pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya serta cara penanggulangannya.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Waktu dan Tempat
1. Kota Pekanbaru
2. Daerah
3. Lingkunggan Universitas Riau
2.2.
Cara kerja
Melihat kondisi
kerusakan agroekosistem pada setiap tempat, kerusakan apa yang terjadi dan
kemudian membuat suatu laporan bagaimana hal itu terjadi, bagaimana cara
mengatasi, memperbaiki agar hal tersebut tidak menimbulkan dampak yang
negative.
2.3.
Kerusakan Agroekosistem yang Diamati
2.3.1. Daerah Kota Pekanbaru
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang kerusakan
agroekosistem pada udara. Bagaimana seharusnya kita beprilaku terhadap udara,
bagaimana seharusnya udara itu agar tidak tercemar. Udara adalah sumber daya yang
berharga bagi kehidupan . Udara terdiri dari campuran gas antara lain 78%
nitrogen, 21% oksigen, dan 1% gas-gas lain seperti xenon, karbon dioksida,
argon, neon, hidrogen, helium, dan kripton . Oksigen merupakan gas yang paling
penting bagi kehidupan. Pencemaran udara adalah
kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya
unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia
secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
1. Faktor Penyebab Pencemaran
Udara
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer
dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia
merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer diatmosfer.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi
polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global
(global warming) yg memengaruhi;
A. Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan is
bahan bakar
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya
seperti (CFC)
B. Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
C. Sumber-sumber lain
Uap pelarut organik
D. Jenis – jenis Pencemar
2. Dampak yang terjadi akibat pencemaran udara
1. Dampak bagi kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke
dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam
tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat
tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap
oleh sistem peredaran
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi
saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa
zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. Memperkirakan dampak pencemaran udara di
Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit,
berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8
trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lainklorosis, nekrosis, dan bintik
hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat
proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH biasa air hujan adalah
5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi
dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan
bangunan
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan
oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi
panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomenapemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang
berada di stratosfer (ketinggian
20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya,
sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
3.
Solusi
Untuk
dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha
antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang
tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran
yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau
penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses
fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan
pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman
kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak
dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. Misalnya:
1. Pencegahan
a. Sumber Bergerak
- Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
- Memasang filter pada knalpot.
b. Sumber Tidak Bergerak
- Memasang scruber pada cerobong asap.
- Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara
berkala.
- Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
c. Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000
ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah
dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
- Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
- Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti
sumur tua , Goa.
2. Penanggulangan
- Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan
exhaust-fan.
- Bila terjadi korban keracunan maka lakukan.
- Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
- Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
- Clean Air Act yang dibuat oleh
pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara.
-
Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui
diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell.
-
Menghemat Energi yang digunakan.
-
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
2.3.2. Kerusakan Daerah Lahan
Pertanian
Perubahan
pola pertanian yang konvensional ke pertanian intensif telah membawa berbagai
konsekuensi baik terhadap lingkungan pertanian maupun lingkungan sekitarnya.
Konsekuensi nyata perkembangan sistem pertanian intensif antara lain,
percepatan erosi, efek residu pupuk dan pestisida. Terjadinya gangguan dalam
lingkungan disebabkan adanya manusia yang serakah, kurangnya kepedulian pada
ekologi dan akibat penggunaan teknologi pertanian yang tidak mengacu pada
pembangunan berwawasan lingkungan (Ambo Ala, 1997). Selain itu, tidak
terakomodirnya penggunaan/pemberian pupuk sehingga tidak mampu mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan (Nuhfil, dkk., 2003). Selanjutnya Reintjes,
dkk. (1999), mengatakan bahwa apabila pemupukan yang digunakan pada suatu
daerah rendah, maka produksinya akan tertinggal jauh dibanding dengan
pertumbuhan jumlah penduduknya. Fenomena ini banyak terjadi pada petani yang
mengelola lahan-lahan marginal. Pengelolaan agrokosistem lahan kering
dipandang sebagai bagian dari pengelolaan ekosistem sumberdaya alam oleh
masyarakat petani yang menempati areal dimana mereka menetap. Masyarakat petani
menanami lahan pertanian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya dapat dikatakan sebagai bagian dari pengelolaan agroekosistem lahan
kering di daerahnya. Menurut Soerianegara (1977) pengelolaan agroekosistem
lahan kering merupakan bagian dari interaksi atau kerja sama masyarakat dengan
agroekosistem sumberdaya alam. Pengelolaan agroekosistem lahan kering merupakan
usaha atau upaya masyarakan pedesaan dalam mengubah atau memodifikasi ekosistem
sumberdaya alam agar bisa diperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan
kontinuitas produksinya.
1.
DAMPAK LINGKUNGAN
Pada lahan
miring dengan kemiringan diatas 15% apabila tanah tidak dikelola dengan baik
saat ditanami, maka sangat rentan terhadap terjadinya erosi di waktu hujan. Hal
ini terjadi karena tanah tidak mampu meresapkan air hujan kedalam tanah,
sehingga terjadi aliran permukaan (run off) yang menghanyutkan butiran-butiran
tanah sehingga tanah menjadi tidak subur lagi. Menurut Sutono dkk (2007),
akibat erosi yang terjadi selama musim hujan tidak hanya menghanyutkan
butiran-butiran tanah akan tetapi juga menghanyutkan pupuk dan kompos yang
diberikan ketanah juga ikut hanyut sehingga tanah menjadi kurus, oleh sebab itu
erosi harus dicegah sedini mungkin. Dampak dari terjadinya erosi ini adalah di
daerah bagian bawah terjadinya pendangkalan pada daerah aliran sungai (DAS)
yang berakibat terjadinya gangguan keseimbangan ekosistim air setempat.
Erosi adalah sebagai akibat dari penggarapan lahan yang tidak tepat maka untuk penggunaan lahan harus menerapkan teknik konservasi (Shaxson, 1988). Erosi menyebabkan berkurangnya lapisan perakaran efektif, ketersediaan air untuk tanaman, cadangan hara, bahan orgnik dan rusaknya struktur tanah (Lal, 1988). Masalah utama yang dihadapi pada lahan kering beriklim basah bergelombang antara lain mudah tererosi, bereaksi masam, miskin akan hara makro esensial dan tingkat keracunan aluminium yang tinggi (Cook, 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa daerah tropis merupakan medan dimana bertemunya dua kepentingan, yang pertama kegiatan untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan sedang yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah usaha pelestarian lingkungan. Mengingat lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbarui, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak ada pilihan lain selain mengembalikan kesuburan lahan yang sudah tererosi.
Erosi adalah sebagai akibat dari penggarapan lahan yang tidak tepat maka untuk penggunaan lahan harus menerapkan teknik konservasi (Shaxson, 1988). Erosi menyebabkan berkurangnya lapisan perakaran efektif, ketersediaan air untuk tanaman, cadangan hara, bahan orgnik dan rusaknya struktur tanah (Lal, 1988). Masalah utama yang dihadapi pada lahan kering beriklim basah bergelombang antara lain mudah tererosi, bereaksi masam, miskin akan hara makro esensial dan tingkat keracunan aluminium yang tinggi (Cook, 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa daerah tropis merupakan medan dimana bertemunya dua kepentingan, yang pertama kegiatan untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan sedang yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah usaha pelestarian lingkungan. Mengingat lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbarui, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak ada pilihan lain selain mengembalikan kesuburan lahan yang sudah tererosi.
2. CARA PENGENDALIAN
Dalam
pembangunan pertanian berkelanjutan pengelolaan agroekosistem lahan kering
dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki dan memperbaharui sumberdaya alam
yang bisa dipulihkan (renewable resources) di daerahnya. Dalam pemanfaatan
sumberdaya lahan kering untuk pertanian berkelanjutan memerlukan pendekatan
lingkungan dan mengikuti kaidah pelestarian lingkungan. Ada beberapa metode
dalam pengendalian dampak negatif dari eksploitasi penggunaan lahan kering.
1. Konservasi Salah satu upaya
penanganan kerusakan lahan akibat ekplorasi adalah dengan menerapkan sistem
budidaya lorong dalam pengembangan sistem usahatani lahan kering, karena sistem
ini memberikan banyak keuntungan diantaranya dapat menekan terjadinya erosi,
meningkatkan produktivitas tanah karena adanya penambahan bahan organik melalui
hasil pangkasan tanaman pagar, dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman serta dapat menciptakan kondisi iklim mikro (suhu) di antara lorong tanaman
(Sudharto et al., 1996).
Pemberian
bahan hijauan sebagai mulsa yang berasal dari pangkasan tanaman legume yang
dipangkas pada umur 1,5 – 2 bulan sekali dapat meningkatkan kadar bahan organik
tanah dan ketersediaan air, memperbaiki sifat fisik tanah, dan meningkatkan produksi.
Sistem bertanam lorong dapat mencegah erosi secara ganda yaitu dengan mulsa
hasil pangkasan dan pengurangan laju aliran permukaan (Adiningsih dan Sudjadi,
1989). Hasil pengkajian Basri dkk. (2001) dengan penerapan sistim budidaya
lorong di Kabupaten Rejang lebong menunjukkan bahwa dengan adanya barisan
tanaman penyangga erosi rumput raja (King grass) yang ditanam sejajar dengan
garis kontur secara efektif dapat mengurangi laju erosi. Selanjutnya dari hasil
pangkasan king grass yang dilaksanakan setiap bulan dapat menghasilkan 0,5 ton
bahan hijauan yang dapat diberikan untuk sapi selama 20 hari. Dari luasan plot
seluas 1 ha akan dihasilkan 1 ton bahan hijauan yang dapat digunakan untuk
pakan sapi. Pada pengkajian tahun berikutnya (tahun kedua) teras sudah mulai
terbentuk sebagai akibat penanaman teras vegetatif dengan tanaman rumput raja.
Dengan terbentuknya teras maka pada lahan miring ini sudah terbentuk lahan
usahatani yang representatif untuk berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan
maupun tanaman perkebunan yang sesuai dengan kondisi setempat dan menekan
terjadinya erosi diwaktu hujan. Dengan terbentuknya teras secara bertahap
sampai menjadi permanen, di samping menjaga kelestarian lahan juga menyebabkan
produktifitas lahan akan lebih baik.
2. Pengaturan pola tanam Lahan
kering yang murni hanya mengandalkan ketersediaan air dari curah hujan dalam
proses produksi pertanian, dimana pengaturan sistim pertanaman diatur dalam
bentuk tumpang sari menggunakan tanaman dengan umur panen yang berbeda dan dalam
pertumbuhannya tidak banyak memerlukan air dan merupakan salah satu alternatif
untuk memecahkan masalah keterbatasan air. Lahan kering pada umumnya rawan
terhadap erosi baik oleh air maupun oleh angin. Salah satu alternatif teknologi
untuk mengatasi erosi yaitu menggunakan sistim pertanaman lorong. Fungsi
lainnya dari pertanaman lorong adalah untuk menciptakan iklim mikro di lahan
kering iklim kering dan tanaman yang digunakan disesuaikan dengan tanaman yang
biasa ditanam petani dan tentunya memiliki pangsa pasar. Hasil penelitian Wisnu
dkk (2005) menyatakan dengan mengkombinasikan beberapa tanaman pangan ubi kayu,
jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau yang disusun dalam suatu
pertanaman tumpang sari dapat memberikan keuntungan dan dapat memberikan
kestabilan cukup baik dalam menghadapi keterbatasan curah hujan.
3. Embung Embung atau tandon air
adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang
dibangun untuk menampung kelebihan air hujan diwaktu musim hujan dan menggunakannya
jika diperlukan tanaman pada waktu musim kemarau. Teknik penggunaannya demikian
sesuai bagi ekosistem lahan tadah hujan yang memiliki intensitas dan distribusi
curah hujan yang tidak pasti (Syamsiah dan Fagi, 2004). Pembuatan embung dan
penerapannya di lahan kering bagi petani sudah banyak dilakukan khususnya di
Indonesia bagiagian timur yang memiliki iklim kering dengan keterbatasan air.
Di Lombok Timur sebagai daerah yang beriklim kering penggunaan embung sudah
menjadi kebiasaan bagi sebagian besar petani. Jumlah embung milik rakyat saat
ini adalah 1.458 buah dengan luas keseluruhan 755,58 ha berupa genangan dan
3.083 ha berupa irigasi, rata-rata luas pemilikan embung setiap petani di
Lombok Timur adalah 0,51 ha. Hasil penelitian Wisnu dkk. ( 2005) di beberapa
Desa di Lombok Timur dengan komoditi tembakau pada musim kering memperlihatkan
bahwa dengan penerapan/pemanfaatan embung sebagai sumber air yang dicampur
dengan dengan pupuk (ngecor) maka penggunaan air menjadi lebih efisien dan
biaya tenaga kerja dapat ditekan karena penyiraman dan pemupukan dilakukan
secara bersamaan.
4. Pemakaian pupuk organik
Pengolahan lahan untuk pertanian secara terus menerus akan menyebabkan lahan
menjadi kurus sehingga untuk usahatani selanjutnya perlu input yang banyak
untuk mengembalikan hara tanah yang sudah banyak diserap tanaman. Pemakaian
pupuk anorganik yang tidak seimbang secara terus menerus untuk proses produksi
dapat merusak lahan dan dalam jangka panjang lahan menjadi tidak efektif lagi
untuk usaha pertanian. Salah satu alternatif untuk menyelamatkan keberlanjutan
penggunaan lahan adalah dengan mengurangi input yang berasal dari bahan kimia
dan beralih kepada pemakaian pupuk organik yang berasal dari bahan organik sisa
tanaman atau limbah.
Secara
umum saat ini permasalahan yang dihadapi petani di Indonesia adalah kesulitan
mendapatkan pupuk anorganik yang kebutuhannya cendrung meningkat. Kesulitan ini
sebagian akibat ketersediaan yang tidak mencukupi maupun sistem pendistribusian
yang kurang tepat dan faktor faktor lainnya. Sebagai gambaran Produksi nasional
tahun 2008 sekitar 6 juta ton sedangkan kebutuhan mencapai 9 juta ton. Kendala
ini berimbas kapada penurunan produktifitas lahan dan produksi berbagai
komoditas pertanian secara nasional. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pupuk dan mengurangi ketergantungan akan
pupuk anorganik adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia secara lokal. Pemanfaatan limbah pertanian yang selama ini belum
menjadi perhatian sebagai bahan dasar pupuk organik diharapkan dapat
memperkecil ketergantungan terhadap pupuk an organik. Pada pihak pemanfaatan
limbah pertanian dapat menciptakan efisiensi penggunaan lahan yang
ketersediaannya semakin terbatas serta dapat menjaga kelestarian
lingkungan.
Limbah
pertanian adalah bagian atau sisa produksi pertanian yang tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung. Limbah ini apabila telah mengalami proses
dekomposisi banyak mengandung unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Apabila tanaman mati, maka selanjutnya terjadi proses dekomposisi
akibat aktifitas mikroorganisme dengan hasil akhir berupa humus (Sutanto,
2002). Kandungan hara setiap sisa tanaman berbeda-beda. Penelitian dengan
pemakaian pupuk organik yang berasal dari ampas biji mimba sudah pernah
dilakukan di Desa Tebat Monok Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.
Penelitian dilakukan terhadap tanaman jahe dengan beberapa perlakuan pupuk an
organik. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa dengan pemakaian pupuk organik
(kompos) yang berasal dari ampas biji mimba memperlihatkan pertumbuhan lebih
baik dan produksi tanaman lebih tinggi dari pemakaian pupuk dan organik. Dengan
demikian terdapat beberapa keuntungan dengan pemakaian pupuk organik yaitu
efisiensi terhadap biaya karena harga pembuatan pupuk ini lebih murah, produksi
lebih tinggi dan menjaga kesuburan dan kelestarian lahan.
2.3.3. Kerusakan Agroekosistem Lingkunggan Universitas Riau
Banyak
sekali kerusakan ekosistem di kawasan Universitas Riau terdapat di Danau
Arboretum, jalan, dan penanaman pohon yang kurang terawat kelestariannya. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya tumbuh gulma di sekitar danau, kerusakan jalan
pada atau disamping fakultas riau dan pepohonan yang tidak begitu teratur
pertumbuhannya. Selain itu ekosistem danau rusak dikarenakan banyaknya
aktifitas seperti memancing ikan disekitar danau.
A.
Solusi
1.
Menanam
pepohonan sesuai aturan dengan cara merawat tanaman penghijau. Yang Tumbuhan
mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya jalur hijau akan
mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor atau
asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi pencemaran udara.
Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke atmosfer.
2. Menbersihkan daerah danau Arboretum, dengan membuang sampah yang berserakan yang menyebabkan
kelembaban pada daerah yang tertutup sampah biasanya tumbuh lumut.
2.3.4. Rantai Makanan Pada agroekosistem
yang saling
ketergantungan antar komponen makhluk atau saling kebergantungan juga terjadi
antara komponen biotik dan abiotiknya.
1. Saling
Kebergantungan Antarkomponen Biotik
a. Rantai makanan
Perpindahan materi dan energi
melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut rantai makanan.
Tiap tingkat
dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme
pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa
disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
b.Jaring-jaring
makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan
sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataannya bahwa
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup
lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai makanan
itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk
seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-jaring makanan.
2.Saling Kebergantungan Antara
Komponen Biotik dan Abiotik
Saling kebergantungan di antara komponen yang ada
dalam ekosistem, baik antara komponen biotik dan abiotik contohnya dapat
dilihat pada siklus karbon. Siklus karbon tidak akan berjalan dengan baik
apabila tidak ada tumbuhan, hewan, pengurai, air dan tanah.
PelestarianEkosistem
Keanekaragaman makhluk hidup perlu dijaga supaya ekosistem menjadi stabil.
Semakin beranekaragam makhluk hidup dalam suatu ekosistem, semakin stabil
ekosistem tersebut. Flora dan fauna alami yang terdapat di hutan perlu
dilestarikan karena merupakan sumber plasma nutfah (plasma benih). Sumber
plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari bibit unggul bagi kepentingan
kesejahteraan manusia. Upaya perlindungan keanekaragaman hayati dapat dilakukan
dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, hutan wisata, taman laut, hutan
lindug dan kebun raya. Untuk mencegah kepunahan makhluk hidup, kadang
diperlukan pemeliharaan untuk mengembangbiakannya, yang disebut dengan
penangkaran. Pemeliharaan dapat dilakukan secara in situ dan ex situ.
Pemeliharaan in situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di habitat aslinya.
Pemeliharaan ex situ adalah pemeliharaan yang dilakukan di luar habitat
aslinya, misalnya di kebun binatang.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Agroekosistem adalah ilmu yang
mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik
dalam lingkungan. Kerusakan agroekosistem yang terjadi. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya banyak sekali yang sangat dirugikan seperti: manusia,
hewan dan juga tumbuhan.
Agroekosistem adalah ilmu yang
mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik
dalam lingkungan. Udara merupakan faktor yang penting
dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera
ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia,
kehidupan hewan serta tumbuhan
Jika hal tersebut terus dibiarkan
maka banyak dampak yang ditimbulkan setiap kerusakan. Akan tetapi kerusakan
tersebut masih dapat dicegah, dengan menjaga kelestarian agroekosistem tersebut.
3.2.
Saran
Demi menjaga kelestarian ekosistem dan
menghindari terjadinya kerusakan lingkungan
yang berpengaruh terhadap kehidupan kita sebagai generasi selanjutnya. harus
terlebih dahulu mempunyai kesadaran mengenai arti penting menjaga ekosistem
tersebut. Setelah itu, kita dapat melakukan tindakan-tindakan preventif yang
dapat mempertahankan kelestarian dan keseimbangan ekosistem tentunya. Agar
kerusakan agroekosistem di Negara Indonesia tidak berlanjut, terutama provinsi
riau seperti kota pecanbaru dan bahkan agroekosistem yang masih tidak terlalu
begitu luas seperti lingkungan Universitas Riau
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara.
http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya.
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara.
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-udara.
Langganan:
Postingan (Atom)